Ngembel - 21 September 2025 - Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Watulimo kembali menggelar pertemuan rutin Naharul Ijtima yang merupakan wadah konsolidasi, koordinasi, sekaligus sarana mempererat ukhuwah nahdliyah antar ranting. Kali ini, kegiatan dipusatkan di Ranting Ngembel, tepatnya di Masjid Al-Hidayah RT. 04 RW. 01 Desa Ngembel, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.
Acara berlangsung dengan khidmat dan penuh semangat kebersamaan, dihadiri oleh segenap jajaran pengurus MWC NU Watulimo, Rais Syuriyah, Ketua Tanfidziyah ranting NU dari beberapa desa, serta para tokoh masyarakat setempat. Dari jajaran ranting, yang hadir meliputi Ranting Ngembel, Watuagung, Pakel, Slawe, Dukuh, Ngrancah, dan Sawahan. Sementara beberapa ranting lain, seperti Karanggandu, Tasikmadu, Prigi, Margomulyo, Gemaharjo, dan Watulimo, tidak dapat hadir dalam kesempatan ini.
Acara diawali dengan pembacaan Tahlil Qashar yang dipimpin oleh Kyai Chalimy Anwar, sebagai bentuk doa bersama untuk para muassis NU dan leluhur yang telah mendahului. Suasana hening penuh kekhusyukan melingkupi jamaah yang hadir.
Setelah itu, sambutan disampaikan oleh Kyai Mukarom, Ketua NU Ranting Ngembel sekaligus tuan rumah kegiatan. Dalam sambutannya, beliau mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaan karena Ranting Ngembel dipercaya menjadi penyelenggara kegiatan penting ini.
“Kami atas nama Ranting Ngembel merasa terhormat menjadi tuan rumah. Semoga forum Naharul Ijtima ini membawa keberkahan, mempererat ukhuwah islamiyah dan ukhuwah nahdliyah, serta mampu menjadi ruang yang produktif dalam merumuskan langkah-langkah strategis untuk kemaslahatan umat,” ujar Kyai Mukarom.
Dalam penyampaiannya, KH. Thohirin menegaskan bahwa forum rutin seperti Naharul Ijtima adalah salah satu jantung penggerak organisasi NU di tingkat kecamatan.
“Walaupun Ketua MWC, Kyai Leif Sulaiman, tidak dapat hadir karena tengah bertakziyah, beliau berpesan agar forum ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita hadir di sini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebagai sarana untuk memperkuat barisan NU dan merumuskan program yang menyentuh kebutuhan umat,” jelas KH. Thohirin.
Beliau juga mengingatkan pentingnya sinergi antar ranting agar roda organisasi berjalan seimbang.
“MWC NU Watulimo akan selalu mendukung penuh ikhtiar ranting-ranting dalam menjaga tradisi keagamaan, sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi umat. Tanpa sinergi, mustahil NU bisa kokoh di akar rumput,” imbuhnya.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sosialisasi dan pembahasan strategis yang dipimpin oleh Kyai Chalimy Anwar. Tema yang diangkat dalam forum ini antara lain inventarisasi aset NU, pendataan marbot masjid NU, dan isu-isu penting seputar wakaf.
Kyai Chalimy dalam paparannya menekankan bahwa aset NU merupakan amanah umat yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.
“Kita harus memiliki data yang valid mengenai aset NU, baik tanah, bangunan, maupun fasilitas lainnya. Tanpa data yang jelas, sulit bagi organisasi untuk melakukan perencanaan jangka panjang. Inventarisasi ini adalah langkah awal menuju tata kelola yang lebih profesional,” tegas beliau.
Lebih lanjut, beliau juga menyinggung pentingnya wakaf sebagai instrumen pemberdayaan umat.
“Wakaf bukan hanya soal harta yang ditinggalkan, melainkan amanah yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan jamaah. NU harus menjadi pelopor dalam mengelola wakaf yang produktif, sehingga umat benar-benar merasakan manfaatnya,” tambahnya.
Tak kalah penting, pendataan marbot masjid NU juga dibahas secara mendalam.
“Marbot adalah garda terdepan dalam menjaga dan merawat rumah Allah. Mereka seringkali luput dari perhatian, padahal peran mereka sangat vital. Dengan pendataan yang baik, kita bisa menyalurkan perhatian, bantuan, bahkan pelatihan yang mendukung peran mulia mereka,” jelas Kyai Chalimy.
Kegiatan rutin ini diharapkan tidak hanya menjadi seremonial, tetapi benar-benar menghadirkan manfaat nyata bagi warga nahdliyin di tingkat desa. Dengan semakin kuatnya konsolidasi antar ranting, NU Watulimo diyakini mampu menjawab tantangan zaman, menjaga tradisi keislaman ahlussunnah wal jamaah, serta berkhidmat bagi umat, bangsa, dan negara (My).